BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Penyakit jantung
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dan berlangsungnya kehamilan, yang harus di penuhi dalam darah ibu. Banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu, dalam kehamilan selalu terjadi perubahan-perubahan dalam system kardiovaskular yang biasanya masih dalam batas-batas fisiologik
Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan:
1. karena hidremia (hipervolemia)dalam kehamilan, yang sudah dimulai sejak umur
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya antara 32 dan 36 minggu;
2. karena uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas,
ke kiri, dan ke depan, sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung
mengalami lekukan dan putaran.
Saat-saat berbahaya bagi penderitra ialah:
1. kehamilan 32-36 minggu apabila hipervolemia mencapai puncaknya.
2. partus kala II apabila wanita mengerahkan tenasganya untuk meneran
3. masa postpartum, karena dengan lahirnya plasenta anastomosis arteria-vena hilang
dan darah yang sehrtusnya masuk kedalam ruang intervilus sekarang masuk ke dalam
sirkulasi besar.
Dalam tiga hal tersebut diatas jantung harus bekerja lebih berat. Apabila tenaga volume cadangan jantung di lampau, maka terjadi dekompensasi kordisi; janting tidak sanggup lagi menunaikan tugasnya.
Perubahan volume darah yang di temukan pada penderita penyakit jantung dapat digolongkan dalam 3 kategori.
1) Oligositemik-hipoplasmik-hipovolemia: keadaan ini di temukan pada penderita yang
mengalami steonosis katup.
2) Polisitemik-hiperplasmik-hipervolemia: di temukan pada penyakit jantung bawaan
di mana terjadi campuran antara darah arteri dan vena, hubungan arteri dan vena,
regurgitasi dan hambatan aliran darah.
3) Polisitemik-normoplasmik atau hiperlasmik hipervolemia ditemukan pada penderita
penyakit jantung bawaan, di mana terjadi campuran darah arteri dan vena yang
hebat, tetraligy fallot, defek septum, dan patensi duktus arteriosus.
Raharja, rachimhadhi, prihartono dan samil (1988) mendapatkan volume plasma pada kasus penyakit jantung kelainan katup dalam kehamilan, lebih rendah dari kehamilan normal baik pada usia kehamilan 32 minggu, partus kala I maupun saat dua minggu postpartum; dengan anemia sebagai penyerta yang sering di temukan.
Gejalah klinis tampak bahwa makin meningkat kelas fungsional penyakit jantung yang di derita, maka volume darah cenderung lebih rendah.
Diagnosis
Dari anamnesis sudah sering diketahui wanita itu penderita penyakit jantung, baik sejak masa sebelum ia hamil maupun dalam kehamilan-kehamilan yang terdahulu. Terutama penyakit demam rheuma mendapat perhatian khusus dalam anamnesis, walaupun bekas penderita demam rheuma tidak selalu menderita kelainan jantung.
Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria, satu di antaranya sudah cukup untuk membuat diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan:
1) Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus;
2) Pembesaran jantung yang jelas;
3) Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thyill;
4) Aritmia yang berat.
Klisifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
Klasifiakasi penyakit jantung yang sifatnya fungsionil dan berdasarkan keluhan-keluhan yang dahulu dan sekarang di alami oleh penderita-seperti telah di terima oleh New York Heart Association- sangat praktis dalam penanggulangan dan penentuan prognosis penyakit jantung dalam kehamilan.
Penyakit Jantung reumatik
Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam rematik adalah : nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh yang memikul beban yang lebih besar sehubungan denga kehamilannya serta meningkatkan laju endap darah dan jumlah leukosit. Bila terjadi demam rematik pada kehamilan maka prognosisnya akan burk.
Adanya aktifitas demam rematik dapat diduga bila terdapat :
1. Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya.
2. Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi.
3. Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun tempatnya, dan
4. C reaktif protein positif dan ASTO 300Todd unit atau lebih.
2. Asma
Asma bronkiale merupakan salah asatu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Penderita biasanya pernah berobat kedokter lain.
Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma tidaklah selalu sama pada setiap penderita, bahkan asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurang dari sepertiga penderita asma akan membaik dalam kehamilan, lebih dari 1/3 akan menetap, serta kurang dari 1/3 lagi akan menjadi buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan timbul mulai usia kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan pada akhir kehamilan serangan jarang terjadi.
DEFINISI
Asma adalah penyakit paru kronis yang melibatkan berbagai varietas immune sistem cell, yang menyebabkan timbulnya respon bronkus berupa wheezing, dyspne, batuk, dan dada terasa berat
PATOFISIOLOGI
Asma adalah peradangan kronik saluran nafas dengan herediter utama. Peningkatan respon saluran nafas dan peradangan berhubungan dengan gen pada kromosom 5, 6, 11, 12, 14, & 16 termasuk reseptor IgE yang afinitasnya tinggi, kelompok gen sitokin dan reseptor antigen T-cell sedangkan lingkungan yang menjadi allergen tergantung individu masing-masing seperti influenza atau rokok.
PEMERIKSAAN
1. Riwayat
2. Pemeriksaan Fisik.
Adapun tingkatan klinik asma dapat dilihat pada table berikut dibawah ini
Tingkatan PO2 PCO2 pH FEV1(% predicted)
a. Alkalosis respiratori sedang Normal ↓ ↑ 65 – 80
b. Alkalosis respiratori ↓ ↓ ↑ 50 – 64
c. Tingkat waspada ↓ Normal Normal 35 – 49
d. Asidosis respiratori ↓ ↑ ↓ < 35 Pada kasus asma sedang, hipoksia pada awalnya dapat
dikompensasi oleh hiperventilasi, sebagai refleksi dari PO2 arteri normal,
menurunnya PCO2 dan alkalosis respiratori.
PIELONEFRITISKRONIKA
Pielonefritis kronika biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala-gejala penyakit saluran kemih, dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam kehamilan. Penderita mungkin menderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan penyakit lebih berat didapatkan penurunan tingkat filtrasiglumerolus (G. F. R), dan pada urinalisis urin mungkin normal, mungkin ditemukan protein kurang dari 2 g per hari, gumpalan sel-se ldarah putih.
GLOMERULONEFRITISAKUTA
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil. Yang menjadi penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Sering ditemukan bahwa penderita pada saat yang sama atau bebrapa minggu sebelumnya menderita infeksi jalan pernapasan, tonsillitis, atau infeksi lain-lain oleh sterptokokkus, suatu hal yang menyokong teori infeksi fokal.
GLOMERULONEFRITISKRONIKA
Wanita hamil dengan glomerulonefritis kronika sudah menderita penyakit itu beberapa tahun seebalumnya. Karena itu, pada pemeriksaan kehamilan pertama dapat dijumpai protenuria sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. Apabila gejala-gejala penyakit baru timbul dalam kehamilan yang sudah lanjut, atau ditambah dengan pengaruh kehamilan (superimposed pre-eklampsia), maka lebih sulit untuk membedakannya dari pre-eklampsia murni
Suatu ciri tetap ialah makin memburuknya fungsi ginjal karena makin lama makin banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal, bahkan sampai tercapai tingkat akhir, yakni apa yang disebut ginjal kisut. Penyakit ini dapat menampakkan diri dalam 4 macam;
1. Hanya terdapat protenuria menetap dengan atau tanpa kelainan sedimen
2. dapat menjadi jelas sebagai sindrtoma nefrotik
3. dalam bentuk mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta, dan
4. gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama.
Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala-gejala insufiensi ginjal dan penyakit kardiovaskuler hipertensif.
SINDROMANEFROTIK
Sindroma nefrotik, yang dahulu dikenal dengan nama nefrosis, ialah suatu kumpulan gejala yang terdiri atas edema, proteinuria (lebih dari 5 gram sehari), hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Mungkin sindroma ini diakibatkan oleh reaksi antigen-antibodi dalam pembulu-pembuluh kapiler glomelurus. Penyakit-penyakit dapat menyertai sindroma nefrotik ialah glumerulnefritis kronika (paling sering), lupus eritematotus, diabetes mellitus,amiloidosis, sifilis dan trombosis vena renalis. Selain itu sidroma ini dapat pula timbul akibat keracunan logam berat (timah, air raksa), obat-obat anti kejang, serta racun serangga.
GAGAL GINJAL MENDADAK DALAM KEHAMILAN
Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian, atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan.
Kelainan ini didasario oleh dua jenis patologi.
1. Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.
2. Nekrisis kortikal biletral apabila smpai kedua ginjal yang menderita.
Pada masa nifas sulit dikethui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik potspartum. Penanggulangan pada keadaan ini, penderita diberi infus, atau transfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan caira dan segera dil;akukan hemodialisis bila ada tanda-tanda uremia. Banyak penderita membutuhkan hemodialisis secara teratur atau dilakukan transpalantasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal. Gagal ginjalo dalam kehamilan ini dapat dicegah bila dilakukan:
1. Penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik
2. Perdrahan, syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
3. Pemberian trnasfusi darah dengan hati-hati
BATU GINJAL DAN SALURAN KEMIH (UROLITIASIS)
Batu saluran kemih dalam kehamilan tidaklah bisa. Frekuensinya sangat sedikit 0,03-0,07%. Walaupun demikian perlu juga diperhatikan karena urolitiasis ini dapat mendorong timbulnya infeksi saluran kemih, atau menimbulkan keluhan pada penderita berupa nyeri mendadak, kadang-kadang berupa kolik, terutama mengenai penyakit saluran kencing, untuk membantu membuat diagnosis urotilisis.
GINJAL POLIKISTIK
Ginjal polikistik merupakan kelainan bawaan (herediter). Kehamilan umumnya tidak mempengaruhi perkembangan pembentukan kista pada ginjal, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi fungsi ginjal kurang baik, maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya. Sebaliknya wanita yang telah mempunyai kelainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan timbul komplikasi akibat kehamilan selalu tinggi.
TUBERKULOSIS GINJAL
Jarang dijumpai wanita hamil dengan tuberkulosis ginjal, walaupun dalam literetur disebutkan ada. Kehamilan akan mempengaruhi TBC ginjal tersrbut bila tidak diobati. TBC pada ginjal dapat hamil terus, asal fungsi ginjalnya baik. Terapi TBC ginjal sama dengan terapi TBC organ-organ lain. Untuk membuat dagnosis TBC ginjal diperlukan laboratorium khusus.
KEHAMILANPASCANEFREKTOMI
Para penderita yang mempunyai satu ginjal karena kelainan kongenital atau pasca nefrektomi, dapat atau boleh hamil sampai aterm asal fungsi ginjalnya normal. Perlu pemeriksaan fungsi ginjal sebelum hamildan selama kehamilan dan diawasi dengan baik, karena kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih. Persalinan dapat berlangsung pervaginam kecuali dalam keadaan- keadaan tertentu.
KEHAMILAN PASCA TRANSPLANTASI GINJAL
Akhir- akhir ini terdapat laporan tentang kehamilan sampai cukup bulan, setelah wanita mengalami transplantasi ginjal. Prognosisnya cukup baik, bila ginjal yang diimplantasikan tersebut berasal dari donor yang hidup. Selama kehamilan mungkin timbul komplikasi pada ibu dan janinnya.
Klasifikasi
a. Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN)
yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
b. Tergantung insulin (TI) – Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yan
memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah
Pengaruh kehamilan pada diabetes
Dalam kehamilan diabetes dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Pre-eklampsia
c. Hidramnion
d. Kelainan letak janin
e. Insufisiensi plasenta
zainal Abidin,